Tantangan
-
Produktivitas sektor perkebunan kita terdampak oleh anomali iklim. Mulai dari hal umum seperti penurunan produksi hingga peristiwa ekstrem seperti kebakaran kebun atau banjir
-
Sebagian sektor perkebunan kita berada di area terpencil, terutama perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao
-
Infrastruktur jaringan listrik dan internet yang terbatas
-
Semakin ke depan, perusahaan perkebunan menekankan pada pertanian berkelanjutan (sustainable farming)
Smart Agriculture
Manfaat:
-
Pengambilan keputusan operasional berdasarkan data kondisi iklim mikro kebun
-
Evaluasi manajemen irigasi untuk menjaga ketercukupan air serta mencegah kebakaran kebun maupun banjir
-
Tracking kegiatan operasional di area remote, baik kendaraan maupun tenaga operasional
Parameter:
-
Micro-climate (Rainfall, Air Temperature-Humidity, Photosynthetically Active Radiation/PAR, UV Radiation, Wind Speed, Wind Direction, Gasses)
-
Soil (Soil pH, Soil Temperature-Moisture, Soil Electrical Conductivity)
-
Water Level (TMAT & TMAS)
-
GPS for Remote Tracker
IoT Application in Agriculture
Remote Plantation
Perkebunan besar memiliki area hingga ribuan hektar. Pihak manajemen dan operasional kebun akan lebih mudah melakukan pemantauan menggunakan teknologi IoT, khususnya untuk area remote
Greenhouse
Iklim mikro serta kondisi media tanam di dalam greenhouse perlu dikontrol secara intensif agar tanaman bisa memberikan produktivitas optimal.
Water Gate
Manajemen air adalah salah satu kunci utama dalam menunjang perkebunan. Oleh karena itu, sumber daya air utama maupun cadangan perlu direncanakan, diatur, dan dievaluasi
Agro-industry
Pengolahan hasil perkebunan membutuhkan pemantauan dari proses penyimpanan bahan baku hingga produk jadi. Parameter lingkungan pabrik hingga mesin produksi dapat dipantau setiap saat untuk meminimalkan kerusakan produk hingga kerusakan mesin.
Study Case
Penerapan Automatic Water Level untuk Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di Kebun Sawit
​​
Kebijakan mengenai tinggi muka air tanah (TMAT) di lahan gambut membuat pihak perkebunan perlu melakukan pemantauan dan pencatatan setiap 1 jam sekali selama 24 jam menggunakan mistar. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini menghadapi berbagai tantangan, dari faktor alam (hujan lebat, jarak lokasi pengukuran yang jauh, track kebun) hingga faktor human error (catatan hilang, rusak, salah pembacaan). Oleh karena itu, pihak kebun membutuhkan adopsi teknologi digital untuk melakukan pemantauan secara realtime dari kantor kebun tanpa harus pergi ke lokasi setiap saat.
Komoditas: Kelapa Sawit
Teknologi: Automatic Water Level (AWL) mode TMAT
Study Case
Penerapan Automatic Water Level untuk Pemantauan Tinggi Muka Air Sungai (TMAS) di Kebun Sawit
​​
Tinggi muka air sungai (TMAS) di lahan gambut penting untuk melakukan manajemen pengairan dan drainase di perkebunan serta menjaga agar tanaman tumbuh optimal. Sebelumnya, pemantauan dan pencatatan setiap 1 jam sekali selama 24 jam menggunakan mistar di titik water gate dan pinggir aliran sungai. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini menghadapi berbagai tantangan, dari faktor alam (hujan lebat, jarak lokasi pengukuran yang jauh, track kebun) hingga faktor human error (catatan hilang, rusak, salah pembacaan). Oleh karena itu, pihak kebun menggunakan teknologi digital untuk melakukan pemantauan secara realtime dari kantor kebun tanpa harus pergi ke lokasi setiap saat.
Komoditas: Kelapa Sawit
Teknologi: Automatic Water Level (AWL) mode TMAS