Indonesia menjadi salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan total periraan lahan perkebunan lahan sawit seluas 16, 38 juta hektare yang dikelola oleh negara, swasta, dan petani sawit. Produk dari olahan kelapa sawit dinilai menjadi potensi besar untuk dikomersilkan. Namun, tidak menutup jika terdapat sisi negatif dari adanya potensi besar terkait kelapa sawit, salah satunya adalah limbah yang ditimbulkan. Limbah kelapa sawit adalah sisa-sisa hasil proses pengolahan kelapa sawit yang tidak termasuk ke dalam produk utama, terbagi menjadi 3 jenis limbah, yakni limbah padat, cair, dan gas. Ketiganya secara berkesinambungan memperparah tingkat polusi di lingkungan terkait. Limbah-limbah tersebut dapat dikelola kembali untuk menghasilkan berbagai produk baru yang mampu mengurangi tingkat pencemaran termasuk meningkatkan produktivitas perkebunan. Baca artikel berikut untuk informasi selengkapnya!
Proses Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Menjadi Pupuk
Limbah kelapa sawit dapat dikelola untuk menjadi pupuk kompos. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengelola limbah kelapa sawit menjadi pupuk kompos.
Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dibiarkan selama 2 minggu di tempat terbuka untuk mengurangi kadar air yang terkandung
Selanjutnya, TKKS tersebut dicacah sampai halus untuk kemudian dicampurkan dengan pupuk kandang jenis lain dengan dolomite 100:10:5. Dolomite adalah batuan kapur yang mengandung unsur hara kalsium oksida (CaO) dan magnesium oksida (MgO).
Campurkan TKKS dengan limbah dari kelapa sawit, dilanjutkan dengan melakukan metode pembalikan untuk menurunkan suhu dan memberikan sirkulasi udara pada pupuk kompos tersebut.
Langkah selanjutnya adalah tumpuk pupuk TKKS sampai pada tinggi kurang lebih 75 cm dan ditutup menggunakan terpal atau penutup apapun yang sekiranya dapat meindungi dari air.
Balik pupuk setiap dua minggu sekali untuk menurunkan suhu dari pupuk kompos tersebut.
Selama kurang lebih 3 bulan, maka TKKS akan berwarna cokelat kehitaman, suhu pupuk rendah, tekturnya tidak keras alias mudah untuk diremas. Jika TKKS sudah menunjukkan kondisi tersebut, maka pupuk kompos hasil dari limbah kelapa sawit dapat diaplikasikan pada lahan.
Melalui tata cara ini, limbah padat kelapa sawit dapat dikelola ulang menjadi pupuk organik yang mampu memberikan dampak positif pada lahan perkebunan. Manfaat lainnya, Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit tidak dibuang secara percuma tanpa pengelolaan lebih lanjut yang mampu memberikan efek negatif terhadap keberlanjutan lingkungan. Dari berbagai sisi pertimbangan, memanfaatkan TKKS menjadi pupuk organik adalah hal bijak yang dapat dilakukan.
Jenis-Jenis Limbah Kelapa Sawit
Jenis-jenis dari limbah kelapa sawit dibagi menjadi 3 bagian, berikut penjelasannya.
1. Limbah Padat
Limbah padat merupakan output paling banyak yang dihasilkan dalam proses pengelolaan kelapa sawit, yakni kurang lebih sekitar 35-40% dari total TBS (Tandan Buah Segar). Contoh dari limbah padat ini meliputi adalah tandan buah kosong, cangkang buah, janjangan kosong, dan abu bakar. Cangkang buah dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar padat pada ketel (boiler), janjangan kosong dapat dimanfaatkan untuk pupuk kompos, bagian berserta dapat digunakan untuk bahan baku industri yang memanfaatkan bahan berserat.
2. Limbah Cair
Limbah cair sendiri dihasilkan dari proses pembuatan minyak kelapa sawit yang disebut sebagai Palm Oil Mills Effluent (POME). Minyak sawit sendiri berasal dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Istilah penyebutan dari limbah cair kelapa sawit ini adalah LCPKS. LCPKS ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan biogas menggunakan teknik penangkapan metana atau penghasil energi listrik.
3. Limbah Gas
Sedangkan limbah gas sendiri berasal dari gas buangan pabrik kelapa sawit pada saat proses produksi dari CPO (Crude Palm Oil) atau kelapa sawit mentah. Limbah gas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas yang mampu memberikan jangkauan luas pemanfaataannya, seperti untuk kebutuhan rumah tangga dan berbagai industri terkait.
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit untuk Keberlanjutan Lingkungan dan Perkebunan
Dengan mengelola limbah sawit untuk didaur ulang menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali, limbah yang biasanya memberikan dampak buruk pada keberlanjutan lingkungan dapat dikurangi dalam jumlah yang besar. Melalui gerakan ini, berbagai elemen dari proses pembuatan minyak kelapa sawit yang terbiasa dibuang secara percuma dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lain sebagai sumber daya alternatif, contohnya biogas melalui proses arobic digestion sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis.
Selain itu, seperti yang sudah disebutkan, limbah kelapa sawit mampu dikelola menjadi penghasil pupuk organik sehingga memiliki andil besar dalam menjaga kualitas tanah, berupa meningkatkan kesuburan yang berdampak pada produktivitas perkebunan serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Pengelolaan kembali pada limbah kelapa sawit turut membantu dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Gas metana yang secara alami dihasilkan oleh limbah kelapa sawit tidak dibuang secara percuma, melainkan dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan berbagai sumber energi alternatif.
Kolaborasi antara pemerintah dengan pihak-pihak perkebunan sawit sangat dibutuhkan demi terealisasikannya keberlanjutan lingkungan dan perkebunan kedepannya. Pengelolaan limbah kelapa sawit seperti yang dijelaskan di atas dapat diwujudkan melalui kerja sama seluruh pihak yang berkepentingan di dalamnya, baik pemerintah, swasta, maupun petani sawit. Dengan luas kebun mencapai 16, 38 juta hektare, limbah yang dihasilkan pastinya tidak sedikit. Salah satu pemanfaatannya diolah kembali menjadi pupuk yang dapat diikuti dengan berbagai hasil olahan lain seperti sumber energi alternaitf pengganti bahan bakar fosil. Dapatkan informasi lainnya seputar ilmu lingkungan dan pertanian dengan cara mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.id
YouTube: mertani official
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : Merapi Tani Instrumen
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comments