Air Limbah Industri dan Ancaman Bagi Ekosistem Akuatik
- Marketing Mertani
- 12 minutes ago
- 4 min read

Menghadapi tantangan zaman di tengah kondisi perubahan iklim, memerlukan pemahaman tentang lingkungan yang baik. Tanda-tanda perubahan iklim yang semakin nyata sebenarnya sangat mudah kita amati dan rasakan saat ini. Mulai dari yang paling sering kita amati dalam pemberitaan seperti kemarau panjang, semakin tingginya frekuensi badai di negara tropis maupun subtropis, peningkatan temperatur udara yang ekstrem, dan masih banyak lagi. Untuk menyikapi hal ini diperlukan pemahaman yang baik dan bagaimana kita bertanggung jawab dengan tiap aktivitas, terlebih lagi jika aktivitas tersebut berpotensi mengakibatkan limbah. Dengan adanya pemahaman yang diimbangi tanggung jawab, potensi kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Sebagai contohnya, bagaimana kita menerapkan sistem limbah industri. Air limbah industri dan ancaman bagi ekosistem akuatik sudah menjadi hal yang tak terelakan. Bisakah kita menekan potensi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat air limbah industri?
Mengenal Ekosistem
Dalam pengertian secara umum, ekosistem diartikan sebagai sebuah kesatuan fungsional yang saling menghubungkan komponen satu dengan lainnya. Adapun komponen yang dimaksudkan dalam sebuah ekosistem yaitu meliputi komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotik (komponen tak hidup atau lingkungan). Ekosistem akan membentuk hubungan baik secara fungsi hingga timbal balik dari tiap komponen tersebut. Lebih lanjut, berdasarkan komponen abiotiknya ekosistem terdiri dari ekosistem akuatik (air), ekosistem darat, serta ekosistem buatan.
Jenis Ekosistem
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ekosistem sendiri terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan komponen abiotiknya. Secara alami, ekosistem terbagi atas ekosistem akuatik dan ekosistem darat, berikut penjelasan lengkapnya:
Ekosistem Akuatik
Sesuai dengan istilahnya, pengertian dari jenis ekosistem ini adalah ekosistem yang komponen abiotiknya sebagian besar didominasi oleh air. Selain komponen abiotik, dalam ekosistem ini berdasarkan komponen biotiknya, ekosistem akuatik terbagi menjadi:
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem Air Laut
Ekosistem Estuary (muara)
Ekosistem Pantai
Ekosistem Sungai
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem Laut Dalam
Ekosistem Lamun (sea grass)
Ekosistem Darat
Ekosistem darat meliputi berbagai cakupan lingkungan yang terdiri atas hutan tropis, padang rumput, gurun, hingga tundra. Pada masing-masing lingkungan di atas sangat berperan penting dalam kelangsungan dan menjaga keseimbangan iklim. Misalnya saja hutan tropis yang menjadi penopang serta penyumbang oksigen dunia hingga padang rumput sebagai habitat bagi banyak jenis herbivora.
Namun selain ekosistem alami juga terdapat jenis ekosistem buatan yang dapat kita ciptakan sendiri. Jenis ekosistem ini secara sederhana dapat disimpulkan sebagai ekosistem yang erat kaitannya dengan campur tangan manusia. Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh, beberapa ekosistem buatan yang mudah Anda jumpai seperti bendungan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, perkebunan sawit, serta hutan tanaman produksi seperti eukaliptus, jati, dan mahoni.
Potensi Ancaman Kerusakan Ekosistem Akuatik
Melihat keberadaan dan kelangsungan ekosistem dari kaca mata yang lebih luas, ekosistem akuatik menjadi yang memiliki cakupan paling luas. Jika luasan ekosistem akuatik diterjemahkan ke dalam persentase, maka sebanyak 71% permukaan bumi tertutup atau terdiri dari air. Berkaca pada data ini maka sudah seharusnya, kita harus berperan aktif untuk melindunginya dari berbagai potensi ancaman yang bisa menjadi sumber kerusakannya. Dari berbagai kemungkinan maupun potensi, rasanya air limbah industri dan ancaman bagi ekosistem akuatik menjadi hal yang tak terpisahkan. Aktivitas yang manusia ciptakan melalui berbagai jenis industri menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan ekosistem, jika tidak ditangani dan dikelola dengan bijak. Beberapa jenis industri yang berpotensi menjadi penyumbang limbah cair yang membahayakan ekosistem akuatik diantaranya pertambangan, perkebunan kelapa sawit, eksplorasi dan produksi migas, produksi kertas, produksi tekstil, dan masih banyak lagi. Bahkan karena menimbang begitu banyak potensi kerusakan ekosistem akuatik yang dapat diakibatkan dari air limbah, secara khusus pemerintah menerbitkan peraturan tentang SPARING sebagai sistem pemantauan kualitas air limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Air Limbah Industri dan Ancaman Bagi Ekosistem Akuatik
Adanya aktivitas industri selalu erat kaitannya dengan polusi atau limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan, secara frekuensi atau debit serta parameter atau paparan yang terdapat dalam air limbah tentu akan sangat ditentukan oleh banyak faktor. Misalnya saja seperti skala perusahaan (besar atau rumahan), jenis industri, produk yang dihasilkan, hingga bahan baku atau material produk. Faktor-faktor tersebut tentu akan menjadi pemicu terhadap seberapa besar paparan dalam air limbah yang berpotensi besar dalam mempengaruhi ekosistem akuatik. Tanpa pengendalian dan pemantauan yang terukur, besar kemungkinan air limbah industri berpotensi besar merusak lingkungan, khususnya keanekaragaman hayati dalam ekosistem akuatik. Beberapa dampak yang dapat diakibatkan oleh pengelolaan air limbah meliputi:
Kontaminasi Kualitas Air
Kandungan yang terdapat dalam air limbah sangatlah beragam. Mulai dari kandungan logam, obat-obatan, dan berbagai zat beracun akibat penggunaan bahan kimia. Tanpa adanya pengendalian dan pemantauan kualitas air limbah industri, kandungan tersebut akan mempengaruhi kualitas air yang dapat berbahaya untuk dikonsumsi, digunakan sebagai kebutuhan rekreasi, hingga tak layak sebagai irigasi pertanian maupun perkebunan.
Kelebihan Nutrien dan Eutrofikasi
Air limbah pada umumnya sering kali mengandung nutrien berlebih, misalnya seperti fosfor dan nitrogen. Jika jumlahnya berlebihan, kandungan tersebut berpotensi menumbuhkan alga secara masif. Kondisi ini dapat mengakibatkan kurangnya oksigen yang membahayakan populasi ikan.
Kerusakan Ekosistem Akuatik
Minimnya pengendalian, pengukuran, dan pengawasan terhadap air limbah sebelum dilepas ke dalam media cair akan menimbulkan banyak persoalan. Zat beracun dalam air limbah berpotensi merusak tanaman air, mengancam keberadaan populasi ikan, hingga yang terparah dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan rusaknya ekosistem akuatik.
Maka tidak heran jika kemudian pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan peraturan tentang sistem SPARING, untuk secara khusus mengatur pemantauan dan pengelolaan air limbah. Dalam peraturan yang diterbitkan mengatur banyak aspek mulai dari jenis industri, spesifikasi alat, hingga perhitungan parameter. Perangkat SPARING yang dikembangkan oleh Mertani, telah memenuhi berbagai syarat dan dinyatakan lolos uji konektivitas oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran Air dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dengan mengimplementasikan sistem ini, Anda sudah turut berperan aktif dalam upaya konservasi dan melindungi kelestarian lingkungan. Langkah tersebut, selain bermanfaat dalam menjaga lingkungan juga sangat bermanfaat bagi citra perusahaan Anda di mata publik.
Situs web: mertani.co.id
YouTube: mertani resmi
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : Merapi Tani Instrumen
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comments