Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik. Pupuk kompos terbuat dari hasil pelapukan makhluk hidup. Proses pembentukan pupuk kompos dari berbagai macam bahan alami ini disebut juga dengan pengomposan. Pengomposan merupakan suatu kegiatan untuk memproses atau membuat kompos yang bahannya berasal dari limbah organik sehinga dapat mengurangi komposisi sampah. Pengomposan dapat dilakukan secara aerobik dan anaerobik. Dalam pembuatan pupuk kompos atau melakukan pengomposan, hal utama yang harus diperhatikan adalah pemilihan bahan yang akan digunakan kemudian diikuti dengan proses pembuatan, fermentasi, dan terakhir pengemasan. Adapun bahan organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk kompos adalah dedaunan dan kotoran hewan. Tidak hanya itu, sampah organik rumah tangga seperti sisa sayuran dan ampas kopi pun dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos.
Pengomposan dengan memanfaatkan limbah ampas kopi menjadi alternatif terbaik yang perlu dilakukan. Seiring dengan banyaknya penikmat kopi di Indonesia, maka jumlah limbah ampas kopinya juga semakin tinggi. Tentunya berdasarkan hal tersebut menyebabkan limbah ampas kopi menjadi mudah untuk ditemukan. Namun sangat disayangkan apabila limbah ampas kopi tidak dimanfaatkan dan terbuang sia-sia kemudian menimbulkan pencemaran lingkungan. Padahal limbah ampas kopi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos karena dapat memperbaiki kesuburan tanah dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan tanaman mulai dari akar, batang, hingga daun. Untuk meningkatkan kandungan unsur hara pada pupuk kompos, maka dibutuhkannya bahan pengkaya. Bahan pengkaya merupakan bahan yang dicampurkan dengan bahan utama pembuatan kompos. Pemberian bahan pengaya ini diharapkan dapat memenuhi unsur hara yang belum tersedia di pupuk kompos. Adapun beberapa bahan pengaya yang dapat diberikan pada pengomposan kali ini adalah molase yang terbuat dari campuran gula merah dengan air, daun kering, serta pupuk kendang. Untuk lebih mengetahui bagaimana cara pembuatan pupuk kompos, maka dari itu sangat diperlukan kegiatan yang dapat memberi informasi mengenai pemanfaatan limbah ampas kopi menjadi pupuk kompos yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berikut merupakan bahan yang digunakan dan prosedur dari pembuatan pupuk kompos:
1. Limbah Ampas Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang saat ini popular dikonsumsi untuk dijadikan sebagai minuman. Seiring dengan perkembangan zaman, kopi ini telah menjadi bagian dari gaya hidup yang dinikmati semua kalangan mulai dari kalangan tua hingga kalangan muda. Tentunya semakin banyak kopi yang dikonsumsi maka semakin tinggi pula limbah ampas kopi yang dihasilkan. Banyaknya limbah ampas kopi yang dihasilkan nantinya akan bercampur dengan limbah rumah tangga lainnya dan kemudian akan memunculkan permasalahan baru seperti pencemaran lingkungan. Untuk menghindari pencemaran lingkungan akibat banyaknya limbah ampas kopi, maka harus dilakukannya pemanfaatan limbah. Salah satu upaya mengurangi limbah tersebut adalah dengan mengubahnya menjadi produk yang berguna, salah satunya adalah sebagai bahan utama pembuatan pupuk kompos.
Limbah ampas kopi dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah serta menunjang perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Limbah ampas kopi dapat dijadikan sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk kompos karena mengandung nitrogen sebesar 2,28%, fosfor 0,06%, serta kalium 0,06%. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan dapat diketahui bahwa limbah ampas kopi dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi, jumlah daun, dan beberapa bagian tanaman lainnya. Sedangkan pengaruh limbah ampas kopi yang dapat dijadikan pupuk kompos dan diaplikasikan ke tanah adalah dapat meningkatkan pH, C-Organik, N-total, P-tersedia, dan K-dd.
2. Daun Kering
Daun kering atau yang sudah tua merupakan sampah organik yang dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan pengaya pembuatan kompos. Daun kering biasanya mudah didapatkan di pekarangan rumah yang terdapat tanaman dan dicirikan dengan warna yang coklat dan bertekstur remah. Daun kering yang berserakan dianggap dapat menganggu dan harus segera dimusnahkan. Saat ini untuk membersihkan limbah daun kering atau serasah yang berserakan adalah dengan membakarnya. Namun pembakaran limbah daun kering yang biasa dilakukan masyarakat ini tentunya akan menimbulkan permasalahan lainnya seperti pencemaran udara. Maka dari itu, cara yang lebih efektif dan ramah lingkungan adalah dengan memanfaatkannya untuk bahan penambah pembuatan pupuk kompos. Daun kering atau sarasah ini dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Daun kering mengandung banyak unsur carbon (C). selain itu pada sisa daun juga terkandung unsur nitrogen. Kedua unsur tersebut atau dapat juga disebut dengan rasio C/N sangat memengaruhi proses penguraian bahan organik. Pengomposan memiliki prinsip sebagai proses yang menyamakan rasio C/N bahan organik dengan tanah. C/N rasio memiliki pengertian sebagai hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai C/N rasio tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki C/N rasio sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman.
3. Pupuk Kandang Sapi
Salah satu jenis lain pupuk organik adalah pupuk kandang. Pupuk kandang itu sendiri merupakan pupuk yang bahannya berasal dari kotoran hewan yang telah diolah. Pupuk kandang dipercaya dapat memperbaiki kesuburan dan struktur tanah serta menyediakan unsur hara yang nantinya memengaruhi pertumbuhan tanaman. Zat hara yang terkandung di dalam pupuk kandang dipengaruhi oleh jenis atau sumber kotoran yang dijadikan sebagai bahan bakunya. Adapun beberapa kotoran hewan yang dapat dijadikan sebagai pupuk kandang antara lain berasal dari hewan sapi, kambing, dan ayam. Namun di antara pupuk kandang lainnya, yang memiliki kandungan selulosa paling tinggi adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi. Tetapi tiap pupuk kandang tidak diketahui besar unsur haranya yang terkandung.
4. Molase
Molase adalah larutan yang mudah dibuat dengan mamanfaatkan berbagai bahan organik seperti cammpuran gula dan air. Larutan molase dapat dikatakan multifungsi karena memiliki peran yang penting untuk tanaman maupun dalam pembuatan pupuk kompos. Pada tanaman, molase dapat diberikan langsung dan memiliki peran untuk merangsang pertumbuhan dan pengendali hama serta penyakit yang menganggu. Selain menjadi bahan pengaya pengggunaan molase pada pembuatan pupuk kompos ini adalah sebagai perekat atau dapat juga disebut dengan binder. Molase dapat dijadikan sebagai bahan pengkaya pembuatan pupuk kompos. Hal ini dikarenakan molase terbukti dapat meningkatkan C-organik dan N-total. Seiring dengan meningkatnya kandungan C-organik pada kompos, maka proses pengomposan akan membutuhkan waktu yang lebih sebentar.
5. Proses Pengomposan
Proses pengomposan atau composting adalah suatu kegiatan penguraian bahan organik yang dilakukan mikroba atau aktivitas bakteria dalam pembuatan kompos (prose fermentasi). Menurut Wijaya (2019), bahan organik yang dapat mengalami pengomposan antara lain kotoran ternak dan limbah organik rumah tangga seperti sisa sayuran mapun buah-buahan. Proses pengomposan dapat dilakukan melalui proses alami dan buatan yang sengaja dilakukan oleh manusia. Proses pengomposan yang sengaja dilakukan oleh manusia bertujuan untuk mengelola sampah organik. Pengolahan sampah organik menjadi produk yang lebih bermanfaat seperti pupuk kompos ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Adapun prosedur pengomposan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk kompos
Membuat larutan molase dengan menggunakan 250 gram gula merah yang dicampurkan dengan air sebanyak 250 ml
Memanaskan air sebanyak 1 liter hingga mendidih
Mencampurkan larutan molase yang telah dibuat ke dalam panci sembari diaduk
Dinginkan adonan hingga mencapai suhu 35-36 derajat celcius lalu masukan larutan EM4
Setelah larutan EM4 diaktifkan, langkah selanjutnya adalah cacah daun kering lalu campurkan dengan limbah ampas kopi dan pupuk kandang sapi
Tambahkan larutan EM4 yang sudah aktif ke dalam campuran bahan baku utama dan bahan pengaya hingga mencapai kebasahan sekitar 30%-40%
Terakhir, apabila semua bahan sudah tercampur maka tunggu hingga pupuk matang. Namun selama waktu pengomposan tersebut, pupuk harus dilakukan pembalikan selama 1 minggu sekali dan pengecekan suhu selama 3 kali sehari.
Demikianlah informasi Pemanfaatan Limbah Ampas Kopi dan Daun Kering Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pupuk Kompos. Apabila anda ingin mengetahui informasi lainnya mengenai perkebunan dan pertanian, anda dapat mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.id
YouTube: mertani official
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : PT Mertani
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
#PertanianOrganik #PrinsipPertanianOrganik #AmpasKopi #DaunKering #PengolahanLimbah #PertanianBerkelanjutan #Agronomi #PupukKompos
Σχόλια