Salah satu parameter utama dalam pengelolaan lahan gambut adalah dalam hal pengaturan air atau secara umum disebut sebagai Tinggi Muka Air (TMA). TMA dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor material penyusun gambutnya itu sendiri dan juga faktor eksternal seperti curah hujan dan intensitas cahaya matahari. Bagi perkebunan yang menggunakan lahan gambut, kondisi TMA dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian tentang hubungan antara ketinggan muka air tanah dengan hasil TBS (Tandan Buah Segar) tahun 2012 menyatakan bahwa TBS (per ha per tahun) terbanyak dihasilkan oleh kebun dengan ketinggian muka air berada pada 50-75 cm (Lim et al, 2012). Ketika TMA berlebih, akar tanaman dapat terendam air sehingga proses aerasi melalu akar akan terganggu. Adapaun ketika TMA terlalu rendah, gambut akan menjadi kering dan melepaskan karbon ke udara. Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dapat membuat lahan menjadi rawan terbakar (Panduan teknis pengukuran tinggi muka air lahan gambut, 2017).
Salah satu perkebunan kelapa sawit di Riau ingin mempermudah pekerjaan mereka dalam melakukan pemantauan muka air tanah di lahan. Pemantauan muka air tanah ini bertujuan untuk memastikan air tanah tetap tersedia pada tingkat optimal bagi tanaman. Selain itu, data ketinggian air tanah juga diperlukan sebagai bahan pelaporan perusahaan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sesuai Peraturan Pemerintah No 57 tahun 2016 tentang perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut, terutama kewajiban mempertahankan tinggi muka air (TMA).
Pada bulan Maret 2019, tim Mertani melakukan pemasangan Automatic Water Level di kebun Riau. Pemasangan alat ini bertujuan untuk membantu perkebunan sawit dalam melakukan pemantauan tinggi muka air di lahan kebun atau TMAT (Tinggi Muka Air Tanah). Alat dipasang pada titik pengukuran yang sudah ditentukan agar dapat merepresentasikan data TMAT dalam satu area.
Data tinggi muka air tanah (TMAT) dikirimkan dari lahan ke kantor kebun secara realtime. Bagian kantor kebun dapat memantau data tersebut melalui dashboard PC maupun melalui smartphone. Data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan insight lebih dalam. Misalnya trend dinamika naik turunnya muka air tanah, waktu buka atau tutupnya water gate, dan sebagainya. Manfaat penggunaan Automatic Water Level bagi kebun adalah data dapat diperoleh 6 jam lebih cepat dan akurat dibandingkan menggunakan sensor analog maupun peralatan manual. Selain itu, perekaman data menjadi lebih aman dari resiko hilang maupun manipulasi dibandingkan menggunakan catatan kertas. Hasilnya adalah dimungkinkannya keputusan yang lebih cepat dan akurat berdasarkan data.
Selanjutnya, tim Mertani akan melanjutkan pengembangan Automatic Water Level agar dapat bekerja lebih advance. Diantaranya adalah konsumsi daya alat yang lebih hemat dan desain yang semakin user friendly.
Deskripsi lengkap dapat dilihat pada Katalog Produk (click to download).
Referensi:
Haasjes, E. 2014. Sustainable water management on oil palm plantations on tropical peatlands. Comparing regulations with on-field practices. Water Resources Management group. Wageningen University.
Badan Restorasi Gambut. 2017. Panduan Teknis Pengukuran Tinggi Muka Air Lahan Gambut.
Your Plantation Is In A Good Hand
+62 274 2823880
www.mertani.co.id
PT Merapi Tani Instrumen (Mertani)
Comentários