Pembuatan pupuk kompos sebagai salah satu unsur yang mendukung dari penerapan sistem pertanian organik dapat dilakukan dengan cara sederhana menggunakan bahan yang terdapat di sekitar lingkungan kita. Salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan kompos ialah limbah sayuran. Alasan pemilihan limbah sayuran sebagai bahan baku utama pembuatan kompos ialah karena keberadaan limbah sayuran sangat melimpah dan banyak ditemukan di sampah dapur rumah tangga. Selain itu, limbah sayur dan buah-buahan memiliki kandungan kabohidrat, protein, dan lemak yang dapat berpotensi menyediakan berbagai macam hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan tanah. Beberapa unsur hara yang nantinya akan dihasilkan dari kompos limbah sayuran diantaranya ialah nitrogen, fosfor, kalium. Pupuk kompos dengan menggunakan limbah sayur dan bakteri em4 nantinya akan menghasilkan sebuah pupuk kompos yang memiliki karakteristik warna kehitaman, tidak berbau, dan bertekstur halus dimana kriteria tersebut menandakan bahwa pupuk tersebut sesuai kriteria mutu pupuk yang diatur oleh SNI , dengan nomor SNI 19- 7030-2004. Berikut merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos.
1. Limbah Sayuran Kangkung
Bahan baku utama merupakan suatu bahan yang akan dipilih dan digunakan dalam proses pembuatan kompos, di mana bahan baku tersebut jumlahnya akan lebih dominan dibandingkan dengan bahan lain. Pemilihan bahan baku utama kompos ini harus memperhatikan beberapa hal seperti bahannya mudah mengalami pelapukan (terdekomposisi), harus mampu memberikan nutrisi dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dan mampu sesuai atau setara kualitasnya dengan pupuk kimia. Bahan baku utama dalam proses pembuatan kompos sebanarnya bisa berasal dari sisa kotoran hewan, sisa tanaman, dan limbah organik seperti limbah sayuran atau limbah buah-buahan. Dalam proses pembuatan kompos ini, bahan yang dipilih sebagai bahan baku utama berasal dari sisa limbah sayuran, yaitu sayuran kangkung. Sayuran kangkung merupakan jenis sayuran yang banyak diminati oleh masyarakat, hal ini membuat tanaman kangkung terus mengalami peningkatan jumlah produksinya. Tingginya kebutuhan konsumen terhadap sayuran kangkung diikuti dengan limbah sayuran kangkung yang dihasilkan. Jumlahnya yang banyak ini harus mampu dikendalikan serta dimanfaatkan menjadi produk yang berguna dibiarkan berserakan di jalan dan merusak keindahan lingkungan. Limbah sayuran seperti kangkung ini dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan kompos dikarenakan mudah terurai oleh jasad hidup atau dekomposer. Semakin besar potensi limbah atau sampah dalam proses penguraian dan dekomposisi maka semakin besar pula humus, unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dihasilkan. Limbah sayuran, dianggap dapat menjadi soil conditioner (bahan pembenah tanah). Sampah dari limbah sayuran dapat menjadi faktor pembatas, hal ini karena adanya kandungan logam berat, senyawa organik beracun dan patogen. Dengan dilakukannya proses pengomposan pengaruh senyawa organik beracun dapat diturunkan serta dapat membantu mengendalikan patogen dan memperbaiki lingkungan sekitar. Pada dasarnya jika dilihat berdasarkan jumlah kandungan unsur hara makro dan mikro yang dihasilkan pada pembuatan kompos menggunakan limbah sayuran seperti kangkung, bayam, kol, dan berbagai jenis sayuran lainnya menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pembuatan kompos yang menggunakan kotoran sapi. Hasil nilai N,P, K yang dihasilkan dalam pembuatan pupuk kompos menggunakan limbah sayuran pun sesuai dengan syarat mutu pupuk kompos yang telah diedarkan oleh Kepmentan No. 261 Tahun 2019.
2. Molase
Pada proses pengomposan, bahan pengkaya merupakan salah satu bahan yang harus ada di dalam campurannya. Bahan pengkaya ini berfungsi sebagai bahan pendamping dari bahan baku utama. Bahan pengkaya merupakan suatu bahan yang dapat memperkaya kandungan unsur hara pada kompos di mana bahan pengkaya ini dapat membantu meningkatkan kualitas kompos dan dapat memberikan unsur hara lain yang dibutuhkan oleh tanaman yang sebelumnya tidak terdapat pada bahan baku utama. Pemberian bahan pengkaya ini dapat menciptakan kestabilan kompos yang ditunjukan pada rasion C/N sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organik. Pada dasarnya bahan pengkaya ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya seperti bahan pengkaya mikroba, bahan pengkaya C-organik, bahan pengkaya hara, dan bahan pengkaya hormone. Pada kegiatan pengomposan praktikum kali ini jenis bahan pengkaya yang dipilih ialah bahan pengkaya C-organik dan N total, dimana bahan pengkaya ini berasal dari campuran gula dan air (molase). Penambahan cairan molase di dalam pembuatan pupuk padat seperti kompos dapat membuat kandungan C-organik dan N-total di dalam proses pengomposan mengalami peningkatan. Molase itu sendiri merupakan suatu hasil samping di dalam perindustrian gula yang mengandung senyawa berupa nitrogen, trace element, sukrosa sebanyak 34%,, dan kandungan total karbon sebanyak 37%. Molase ini selain berfungsi sebagai bahan pengakaya kadar C-organik dan N total di pupuk juga dapat berfungsi sebagai binder (bahan perekat). Bahan perekat dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya diantaranya ialah bahan perekat yang berasal dari alam seperti akasia, tragakan, amilum, gum guar, gum xanthan, gum tara, danpektin, bahan perekat yang berasal dari polimer sintetik atau semisintetik seperti HPMC, PVP, PEG, dan CMC Na, serta bahan perekat yang berasal dari golongan gula seperti larutan glukosa, molase , dan sukrosa.
3. Proses Pengomposan
Proses pengomposan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembuatan kompos. Proses pengomposan ini merupakan tahapan awal dalam pembuatan kompos yang nantinya akan menentukan berhasil atau tidaknya kompos. Pada prosesnya pengomposan dapat terjadi dengan sendirinya atau melalui proses alami dimana bahan bahan organik seperti limbah sayuran, limbah buah buahan, kotoran hewan, atau sisa sisa tanaman akan terdekomposisi dan membusuk dengan sendirinya akibat adanya interaksi antara mikroorganisme dengan cuaca. Namun, proses pengomposan ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan manusia. Peran manusia dalam proses pengomposan dapat mempercepat hasil dari kompos itu sendiri, dimana proses pengomposan dengan bantuan manusia ini akan dibantu dengan menambahkan suatu mikroorganisme pengurai yang memili peranan dalam menguraikan bahan dalam waktu yang singkat sehingga menghasilkan kompos yang berkualitas baik. Adapun proses pengomposan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan merupakan tahapan utama dalam persiapan untuk pengomposan. Di mana bahan yang digunakan merupakan salah satu bahan yang memiliki kualitas yang baik. Bahan yang digunakan di dalam proses pengomposan dapat dibagi menjadi dua diantaranya yaitu bahan baku utama dan bahan pengkaya. Bahan baku utama merupakan suatu bahan yang digunakan di dalam pengomposan dimana bahan tersebut memiliki jumlah perbandingan yang lebih dominan. Bahan baku utama ini bisa berasal dari limbah sayuran, limbah buah buahan, sisa sisa tanaman, dan kotoran hewan. Sedangkan bahan pengkaya merupakan bahan pendamping yang dapat membantu atau memperkaya kandungan hara yang dihasilkan pada pupuk. Bahan pengkaya ini terbagi menjadi 4 golongan di antaranya yaitu bahan pengkaya C-organik seperti asam humat, molase, bubuk arang, serbuk gergaji, bahan pengkaya hara seperti paitan (Thitonia diversifolia) (N), roch phosphate (P), guano, tandang kosong kelapa sawit, abu ketel, kulit, dan batang pisang, bahan pengkaya mikroba seperti mikoriza, mikroba penambat N, Mikroba pelarut P, mikroba selulitik (perombak BO), trichoderma sp, serta bahan pengkaya hormone seperti auksin, IAA, giberilin, dan sitokonin.
2. Pencacahan bahan baku yang digunakan
Pencacahan bahan baku termasuk ke dalam tahapan pengomposan yang penting untuk dilakukan, di mana proses pencacahan ini bertujuan supaya bahan dapat cepat terdekomposisi, tercacah atau terurai menjadi bagian yang lebih kecil oleh mikroorganisme. Menurut Lumbanraja (2014), proses pencacahan bahan kompos ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual atau cara modern. Cara manual bisa menggunakan alat yang tersedia di sekitar seperti alat pemotong berupa gunting, pisau, cutter, golok, dan lain lain. Sedangkan proses pencacahan dengan cara modern dapat dilakukan dengan rumah cacah (shredding house) menggunakan mesin pencacah khusus.
3. Persiapan wadah
Dalam proses pengomposan diperlukan suatu wadah yang berfungsi untuk menampung, mencampur, dan menyimpan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan kompos. Wadah dalam pembuatan kompos dipilih sesuai kebutuhan, di mana wadah yang digunakan bisa berupa karung, kantung plastik sampah (trashbag), tong, atau ember. Wadah yang digunakan kemudian dilubangi pada permukaan bagian bawahnya, fungsi melubangi bagian bawah wadah ini ialah sebagai jalannya sirkulasi udara dan jalan keluarnya cairan.
4. Pencampuran Bahan
Pencampuran bahan merupakan suatu kegiatan di dalam pengomposan dimana semua bahan yang telah dipilih kemudian dimasukkan ke dalam satu wadah yang sama. Pencampuran bahan ini dimulai dari memasuki bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengomposan kemudian disusul dengan menuangkan bahan pengkaya serta larutan EM4 yang berfungsi sebagai bioaktivator. Mikroorganisme yang terdapat di dalam EM4 inilah yang akan mempercepat dan membantu proses dekomposisi bahan. Setelah semua bahan dimasukkan ke dalam wadah yang sama kemudian bahan diaduk, proses pengadukan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencampur semua bahan.
5. Penyimpanan kompos
Penyimpanan kompos merupakan salah satu tahap akhir di dalam proses pengomposan, di mana seluruh bahan yang tadi sudah dicampurkan kemudian ditutup dan disimpan di ruangan yang terhindar dari paparan sinar matahari dan air hujan secara langsung. Kompos ini disimpan di dalam kondisi semi anaerob.
6. Pengamatan Kompos
Pengamatan kompos ini merupakan tahapan penting yang harus dilakukan dalam proses pengomposan, dikarenakan hal ini dapat berguna untuk mengontrol segala proses yang terjadi selama proses pematangan. Pengamatan kompos ini dilakukan untuk mengecek perubahan suhu, perubahan warna, perubahan bentuk bahan baku yang terjadi selama proses pengomposan.
7. Pemanenan
Pemanenan merupakan salah satu hal yang terdapat pada proses pengomposan. Pemanenan ini ditandai dengan pematangan pada kompos, dimana pematangan pada kompos ini ditandai apabila kompos telah mengalami perubahan warna menjadi kehitaman, perubahan bentuk menjadi lebih halus dan remah, perubahan bau menjadi tidak berbau, dan perubahan suhu di mana suhu pada kompos yang telah matang cenderung mengalami penurunan suhu atau pendinginan. Setelah pupuk matang dan dipanen, pupuk kompos dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan uap air di dalam kompos. Jika sudah, maka kompos siap digunakan
Demikianlah informasi mengenai Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Sayur Kangkung. Apabila anda ingin mengetahui informasi lainnya mengenai perkebunan dan pertanian, anda dapat mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.id
YouTube: mertani official
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : PT Mertani
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comments