Dalam mengawasi kebunnya, manajer serta para pekebun akan memastikan pasokan air di lahan tercukupi untuk tanamannya. Air lahan ini bersumber dari hujan serta air yang terkandung dalam tanah. Sebagai upaya preventif, tidak lupa pihak kebun juga menyiapkan saluran drainase, irigasi serta waduk ataupun bendungan air sebagai cadangan jika nantinya air lahan tidak mencukupi. Dalam memastikan air lahan tercukupi, tidak lepas dari adanya curah hujan. Curah hujan ini akan sangat berguna bagi tanaman jika dalam kapasitas yang cukup.
Pengambilan dan pencatatan data curah hujan dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Pengambilan data secara otomatis akan lebih mudah dengan Automatic Rainfall maupun dengan Automatic Weather Station Mertani yang dapat mengambil data otomatis dari lapangan. Automatic Rainfall dan Automatic Weather Station memiliki sebuah sensor yang sama yaitu sensor Rainfall atau sensor curah hujan. Perangkat ini digunakan untuk pengambilan data curah hujan aktual di lapangan yang dapat kita pantau melalui dashboard di smartphone atau PC.
BAGAIMANA SENSOR RAINFALL BEKERJA?
Sensor Rainfall yang digunakan oleh Mertani merupakan tipe tipping bucket. Yang penggunannya lebih mudah serta tingkat akurasinya yang cukup baik. Sensor Rainfall tadi dilengkapi dengan box yang berisi komponen-komponen yang dirancang untuk pengiriman data ke dashboard Mertani. Dashboard ini nantinya digunakan untuk pembacaan data curah hujan yang dihasilkan.
Saat hujan turun, air hujan akan masuk ke dalam tabung sensor dan turun perlahan melalui 4 lubang corong berukuran kurang lebih 2 mm. Air hujan tadi akan menetes pada ujung lubang dan kemudian mengisi jungkat-jungkit tipping yang ada. Sisi jungkat-jungkit yang terisi tetesan air tadi akan turun ke bawah sehingga sisi yang lainnya terangkat, begitupun seterusnya. Jungkat-jungkit ini memiliki magnet di sisi sampingnya, di bagian luar dari jungkat-jungkit tadi terdapat pula magnet switch yang nantinya akan terhubung ke komponen yang ada di dalam box. Setiap kali jungkat-jungkit ini naik atau turun, akan ada pertemuan dari dua magnet ini. Pertemuan antara magnet tipping dengan magnet switch ini yang nantinya akan dihitung sebagai ketukan. Setiap ketukan tadi akan dikirim dan disimpan terlebih dahulu ke micro SD yang ada di dalam box tadi. Biasanya setelah satu jam atau tergantung waktu pengiriman yang ditentukan, ketukan tadi akan dikirim ke dashboard sebagai data yang bisa kita baca.
Misalnya saja, dalam waktu satu jam terdapat sepuluh ketukan yang dikirim ke dashboard, maka data yang terlihat di dashboard adalah hasil dari perkalian dari 0,2 (nol koma dua) dengan satuan mm. Maka, data curah hujan yang terbaca pada dashboard pada jam tersebut adalah 2 mm. Sensor akan terus mengirim data setiap jam meskipun pada saat itu tidak ada hujan. Nantinya jika tidak ada air hujan sama sekali yang masuk ke tabung sensor, data yang dikirim ke dashboard bernilai nol.
KEGUNAAN DATA CURAH HUJAN
Data curah hujan ini dapat kita gunakan untuk mengetahui ketersediaan air di lahan. Saat hujan turun, pekerja dapat memutuskan apakah akan membuang air berlebih melalui saluran drainase, atau nantinya jika curah hujannya tidak lebat dan tanah masih membutuhkan air maka pekerja bisa membuka bendungan untuk mengaliri tanah dan tanaman. Dengan cara tersebut, kondisi tanah yang sesuai juga akan berpengaruh pada pemberian pupuk pada tanaman.
Dalam pemberian pupuk, pekebun perlu memperhatikan kondisi tanahnya, apakah dalam keadaan kering atau basah. Pupuk akan larut dalam air tanah dan kemudian akan bisa diserap maksimal oleh tanaman, untuk itu tanah tidak boleh dalam keadaan terlalu kering. Tidak hanya itu, tanah yang kering juga akan menyerap air yang ada di dalam tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman layu karna pasokan air yang terkandung dalam tanaman tadi terserap oleh tanah. Air berlebih pun tak menjamin penyerapan nutrisi pupuk maksimal. Bahkan, hal ini akan menyebabkan pupuknya hanyut terbawa aliran air menuju irigasi sehingga tanaman tidak mendapatkan banyak nutrisi yang seharusnya ia dapat.
Kegunaan lain dari data curah hujan adalah untuk memprediksi hasil panen. Dengan adanya pasokan air yang cukup bagi tanah dan tanaman serta pemberian pupuk yang kemudian diserap maksimal oleh tanaman, maka pekebun dapat memprediksi bahwa hasil panen yang didapat dalam kualitas bagus serta jumlah yang banyak. Begitupun sebaliknya, jika pasokan air berlebih maupun terlalu kurang pada tanah dan tanaman yang mengakibatkan penyerapan nutrisi pupuk tidak maksimal, maka bisa jadi hasil panen akan berkurang. Dengan begitu manajer akan dapat dengan mudah merencanakan berapa banyak pekerja yang akan dipekerjakan dalam proses panen serta pengolahan, hal ini akan dapat menghemat biaya serta tenaga kerja.
Dengan mengetahui data curah hujan, para pekebun dapat mengambil langkah yang tepat agar air di lahan dapat mendekati kapasitas yang cukup yang diperlukan tanaman. Harapannya, pertumbuhan tanaman akan lebih baik dan hasil panennya pun memuaskan. Tidak hanya itu, dengan mengetahui data curah hujan yang ada, kita bisa mencegah dampak buruk yang bisa merugikan perusahaan seperti banjir, kebakaran lahan, dan sebagainya.
Your Plantation Is In A Good Hand
+62 274 2823880
www.mertani.co.id
PT Merapi Tani Instrumen (Mertani)
Comments